Semesta; Rahasia-Rahasia di Dada Hawa

Semesta; Rahasia-Rahasia di Dada Hawa


; Teruntuk Hawa,

Sekali waktu, ingin sekali
kupinjamkan gincu milikku.
Membiarkan keberanian mengecup
bibirmu, agar mampu merayu
kejujuran dari lidahmu. Engkau, tak
sedikit mengumpulkan satu persatu
risau yang kau kutuk, dengan dalih
ingin kau bunuh, kau
memakamkannya di antara
keterasingan paling riuh; dadamu.
Hingga kelak, langkahmu meragu
pada banyak pintu; sebab mereka
kerap menghantui dengan melumat
waktu.

Bukankah gerimis lebih banyak
berbuih kemudian buncah di dada?
Menjadikan tahun-tahun tergenang
oleh ingatan tertahan; perihal perih
yang kau reguk sendirian, hingga
menumpahkan apa-apa yang mereka
sebut air mata.

Bagimu Hawa, mencintai bukan
hanya perkara keikhlasan semata;
ialah kepercayaan bahwa kesabaran
tak berusia. Untuk perkara gemuruh
di dada, hanyalah fatamorgana
semata, yang tak ingin halilintarnya
menyakiti ia yang kau sebut Adam.
Bisakah sedikit saja, wahai Hawa?
Cintamu jatuh pertama pada
perempuan yang hilang dari ingatan,
seorang perempuan yang kau
hancurkan jiwanya sebab ingin
melindungi ia yang kau cinta;
seorang perempuan di tubuh hawa.
Usahamu ialah tatapan kepada langit
yang begitu sepi warnanya, sedang
langkahmu hanya berada di ayunan.
Kemudian kau akan mencoba
menyelimuti dukamu dengan
senyuman, yang kau lupa, tak kan
selamanya hatimu selamat. Kau
selalu percaya, bahwa hujan tak
mungkin tiba, tanpa pelangi
setelahnya. Sebab itu, kau
mematahkan lelah dan kerap
menghadiahi kakimu yang patah
dengan banyak tabah.
Wahai Hawa,
Jika mereka sebut dadamu ialah
lautan, yang tak seorangpun tahu
kedalamannya; bagiku, dadamu ialah
semesta, di mana rahasia tak lagi
berangka dan hanya kepadaNya-lah
segala rahasia kau percayakan.
Yang perlu kau tahu ialah, Tuhan tak
mungkin menciptakanmu tanpa
alasan.

Percayalah, wahai Hawa,
Terkadang, bahagia merambat begitu
perlahan hingga memaksamu untuk
mengakar pada amarah; tapi ia selalu
tiba, tepat pada waktuNya.
Percayalah, pada getir yang kau
ikhlaskan di atas sajadah; sebab
kepadaNya-lah rahasia semesta
berpasangan dengan jawaban-
jawaban. Percayalah, nyeri yang kau
genggam, tak hanya engkau yang
merasakan sendirian; dan percayalah,
aku pun merasakan demikian, meski
dengan skenario yang berbeda.
Kau tahu mengapa kita begitu sama?
Sebab aku pun seorang hawa,
seorang perempuan dengan semesta
di dada.

Sebab kita ialah rahasia Tuhan yang
dianugrahi perasaan; dan dengan
menjaga perasaan orang yang kita
cinta ialah salah satu cara mencintai
diri kita. Tanpa peduli luka akan
semakin luas berkuasa, karena kita
percaya, kita lebih kuat dari yang
terlihat.
Sebab itu, wahai hawa.

Aku mengirimkan surat ini sebagai
pengingat, bukan hanya engkau yang
menelan pekat malam dengan
merajut doa-doa, dan berharap kelak
masih ada sebelum detak tak lagi
bernyawa; engkau tak sendirian,
wahai hawa.

Oleh Iit Sibarani




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top